Kamis, 29 September 2011

Embun

Pun embun hanya setitik saja. Muncul membuka pagi untuk lenyap diterpa mentari atau menetes menyentuh bumi? Untuk hilang di buliran mentari pertiwi. Tak bisakah embun menetap di ujung daun? Meski tiap berganti hari daun selalu dibasahi embun tapi itu bukan embun yang sama. Semua rupa pastilah sirna, meski caranya berbeda
Tapi bisakah embun tak pergi? Berat hati berdiri diujung daun sendiri. Bertanya entah kepada apa. Kenapa hidup hitungan detik saja. Tak pernah mampu mengecap senja. Tak pernah dapat melawan terik. Hanya hilang beriring datangnya siang.
Mulai terbentuk buliran-buliran bening. Kadang diujung daun, kadang di tepian tunas. Tapi yang jelas hilang, akhirnya. Selaksa rasa ingin menyentuh rupa. Menjadi sebentang asa yang selalu hilang. Cuma tak ada lagi yang dicarinya.
Hanya ada sebongkah resah. Cuma ada nalar yang terhenti melogikakan diri. Embun duduk dalam waktu. Bingung ketika semua merambat pergi. Pelan-pelan menguap. Pilihan yang membimbangkan mulai datang lagi. Haruskah embun menjatuhkan diri atau mengering di ujung daun? Lama termangu. Lama terdiam tak ketemu satupun keputusan. Entah apa lagi yang terjadi. Biarlah sepi yang menyelimuti. Pagi ini embun kembali dengan segumpal sepi. Menari di tiap tetesnya

oleh : nazokagi

widget

duh..acem la ini

Entri Populer