Kamis, 11 Agustus 2022

Sebuah Opini: Menanggapi Budaya Kebelet Viral

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman mempertanyakan kenapa soal jilbab yang pasang badan duluan cowok, sedang cewek diam diam saja. Saya menanggapinya sambil lalu dengan bilang "anjing menggonggong,kafilah berlalu" dan kemudian ada tanggapannya yang membuat saya tersentil, hingga akhirnya memutuskan untuk menulis tentang fenomena  ini

jadi ya, saya bilang "nantilah saya nulis ngomongin soal jilbab". karena sudah lama tidak menulis  sesuatu yang agak agak serius, jadi membutuhkan beberapa waktu dan ini memenuhi ucapan saya waktu itu.

Saya ingin bahas mengenai siswi SMA yang dipaksa pakai jilbab oleh  guru BK , dan orang tuanya keberatan. Sempat viral beberapa waktu lalu. Seingat saya kasus yang hampir serupa juga pernah viral. Orangtua yang mendukung anaknya tidak berjilbab padahal beragama islam.


Sebelum membicarakan mengenai jilbab itu sendiri, ada beberapa ayat yang saya nukil disini terkait beragama,  dalam hal ini islam tentu saja.Mohon maaf agama lain saya tidak punya pengetahuan yang layak, sedang islam saja saya masih belajar.


ayat ayat dalam Al Qur'an itu mengenai ikhlas beragama.

ada surah Yunus(10) ayat 105:

وَاَنْ اَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۚ وَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ


dan (aku telah diperintah), “Hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan jangan sekali-kali engkau termasuk orang yang musyrik.


ada surah Az Zumar (39) ayat 2:

اِنَّآ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللّٰهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَۗ


Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.


ada surah Az Zumar (39) ayat 11:

قُلْ اِنِّيْٓ اُمِرْتُ اَنْ اَعْبُدَ اللّٰهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَ


Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.


ada surah Gafir(40) ayat 65:

هُوَ الْحَيُّ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ فَادْعُوْهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ۗ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ


Dialah yang hidup kekal, tidak ada tuhan selain Dia; maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam.


ada surah Al Bayyinah(98) ayat 5:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ


Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).


Dari beberapa ayat yang saya nukil ini, jelas lah kalau kita mestinya beragama dengan ikhlas. Artinya menaati segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya


Saya bahas mengenai ikhlas beribadah terlebih dahulu, karena dalam islam menaati perintah agama itu ibadah dan menutup aurat itu adalah perintah-Nya. Sebagai pengingat saya sertakan juga beberapa ayat mengenai  perintah menutup aurat di Al Qur'an.


ada an nur (24) ayat 30 dan 31 :

قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ


Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.


وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ التَّابِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّۗ وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ


Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung


Saya sengaja menyertakan ayat 30 karena  ini sejalan dan sepaket. Supaya tidak melulu yang dibicarakan adalah perempuan tapi laki laki juga. ayat 30 jelas, perintah menjaga pandangan untuk laki-laki, ayat 31 perintah menutup aurat untuk perempuan. Sudah lumrah, perempuan ingin dilihat, laki-laki ingin melihat. Itulah kenapa menjaga pandangan dan menutup aurat sangat berat untuk orang  islam (mukmin) yang tidak ikhlas dalam beragama.


Kemudian, ada juga Surah Al Ahzab(33) ayat 59:

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا


Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.


Ada surah Al A'raf (7) ayat 26:

يَا بَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْاٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ


Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.


Beberapa ayat ini merupakan dasar perintah menutup aurat. Sehingga bentuk hukumnya menjadi wajib. Dikerjakan berpahala, ditinggalkan berdosa. Dan ya, hukum agama atau hukum negara  memang bentuknya pemaksaan jadi disertai sanksi yang jelas dan tegas untuk orang orang yang tidak menaatinya. Ketika perempuan, sudah baligh dan berakal tidak  menutup aurat yang dalam islam hukumnya wajib,  maka berdosalah dia.


Didukung atau tidak didukung oleh orang tuanya. Dengan alasan apapun, hukumnya tidak berubah ketika syarat sudah terpenuhi. Dan ini lah yang membuat saya merasa miris, karena dengan bangganya orang tua mendukung penuh anaknya tiak menutup aurat. Menghargai hak anak, katanya. Padahal jika sudah belajar hak dan kewajiban pasti tahu, menutup aurat itu kewajiban. 

 

Ajaran islam sendiri mewajibkan kepada orangtua untuk memberi pendidikan yang baik kepada anaknya, terutama beragama. Orangtua yang tidak memberikan pendidikan yang layak semampunya, nama yang baik, dan tidak mampu menjaga lisannya terhadap anak-seperti sering mengeluarkan kata cacian dan umpatan- termasuk orangtua yang durhaka kepada anak. Jadi tidak hanya semata anak yang durhaka kepada orangtua, tapi sebaliknya orangtua juga bisa durhaka kepada anak


Seperti yang saya nukil lagi, kejadian yang terjadi di zaman Khalifah ‘Umar ibn Khaththab radhiallahu ‘anhu.


Seseorang pernah datang kepada ‘Umar ibn Khaththab radhiallahu ‘anhu dan mengadukan anaknya, “Anakku ini benar-benar telah durhaka kepadaku.”


“Apakah engkau,” kata ‘Umar ibn Khaththab kepada sang anak, “tidak takut kepada Allah dengan durhaka kepada ayahmu, Nak? Karena itu adalah hak orang tua,”


“Wahai Amirul Mukminin,” balas sang anak membela diri, “Bukankah anak juga punya hak atas orang tuanya?”


“Benar, haknya adalah memilihkan ibu yang baik, memberi nama yang bagus, dan mengajarkan Al-Kitab (Al-Quran).”


“Demi Allah, ayahku tidak memilihkan ibu yang baik. Ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga 400 dirham. Ia tidak memberi nama yang baik untukku. Ia menamaiku Ju’al. Dan dia juga tidak mengajarkan Al-Quran kepadaku kecuali satu ayat saja.” Ju’al adalah sejenis kumbang yang selalu bergumul pada kotoran hewan. Bisa juga diartikan seorang yang berkulit hitam dan berparas jelek atau orang yang emosional. ( Al-Qamus Al-Muhith, hal. 977).


‘Umar menoleh ke sang ayah dan berkata, “Engkau mengatakan anakmu telah durhaka kepadamu tetapi engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Enyahlah dari hadapanku!” ( As-Samarqandi, Tahbihul Ghafilin, 130)


Maka jelaslah tidak benar tindakan orangtua yang mendukung anaknya berbuat dosa, dalam hal ini tidak menutup aurat. 


Beberapa kejadian viral ini perlu dilihat secara keseluruhan, bukan berdasarkan peristiwa saat itu saja. Perlu disikapi secara adil dan jelas, tanpa drama berlebihan,  apalagi tanpa ilmu yang memadai.


Kelihatan ketika ada beberapa orang yang sering membenturkan budaya dengan agama. Bahwa berjlbab bukan budaya indonesia tetapi budaya arab. Kebaya itu budaya indonesia, jilbab bukan. anehnya budaya yang mereka maksud tidak keseluruhan hanya satu dua budaya dari sekian banyak budaya yang ada di Indonesia. Indonesia budayanya  bukan hanya budaya jawa, budaya Bali, yang dulunya sebelum islam datang sudah ada pengaruh agama Hindu dan Budha.Indonesia juga punya budaya Aceh, misalnya. yang memang erat dengan budaya arab. bahkan sampai mendapat julukan serambi mekah. Ada  juga budaya Melayu, ada budaya Minang, ada budaya Batak. yang jelas cukup banyak. Jadi tidak bisa dikerucutkan hanya dengan satu atau dua budaya saja.


kalimat yang sering juga, "belum siap berjilbab", "jilbabin hati dulu". kelihatan baik, padahal merusak. karena keharusan berjilbab itu bukan terletak pada siap atau tidaknya individu, tetapi pada syarat dan ketentuan Al Qur'an. Manusia mengikuti aturan, mau beragama atau pun bernegara, bukan sebaliknya.


Sejatinya, orangtua yang membiarkan anaknya yang sudah baligh tidak menutup aurat, bukanlah sedang memberikan kebebasan  bersikap, bukan juga sedang memperjuangkan HAM anaknya. justru orangtua seperti itu sedang mendidik anak untuk berbuat dosa. Apalagi kemudian, dengan sengaja merekam untuk memviralkan dengan harapan mendapat dukungan orang banyak. Na'uzdubillah, semoga kita semua dijauhkan dari tindakan seperti itu.

12 Agustus 2022


Entri Populer